-->
Fachrul Akbar Tirtawidjaja
Fachrul Akbar Tirtawidjaja Seseorang yang senang berjalan jauh, memotret, dan menuangkan pikirannya kedalam bentuk tulisan tak baku tapi menyelipkan idealisme karena perutnya mulai kenyang, menyukai sepak bola tapi dari sudut pandang berbeda.

Kenapa Saya Masih Ngeblog? Bukankah Millenials Sudah Melihat Vlog dan Podcast?

Ilustrasi Foto dari Kumparan.com

Ngeblog memang sudah dilakukan para blogger sejak lama. Banyak dari mereka yang sudah mendapatkan segala yang diinginkan termasuk pundi-pundi rupiah dolar. Aktivitas blogging memang menyenangkan, terlebih jika anda seseorang yang senang mengungkapkan pemikiran lewat sebuah tulisan panjang. Namun di era sekarang, sepertinya aktivitas ngeblog sudah mulai ditinggalkan. Para generasi millenials tampaknya lebih sering berlam-lama di media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Youtube. Mohon maaf saya tak menyebut Facebook, karena berdasarkan informasi yang dirilis TechRadar (sebuah publikasi online yang di Inggris yang bergerak di bidang teknologi), di tahun 2018 saja, "Setengah dari pengguna internet yang berusia 12-17 tahun diprediksi tidak tertarik memakai Facebook". Namun kalau boleh saya berargumen, orang-orang generasi pertama yang menggunakan Facebook di Indonesia sepertinya tak benar-benar meninggalkan Facebook, mereka hanya beralih interaksinya dari yang tadinya senang ke update status menjadi lapak jual beli di group-group Facebook.

Sekarang mari kita sedikit flash back kebelakang. Dahulu pernah ada fenomena warnet menjamur dimana-mana, hampir setiap orang berlomba-lomba berbisnis warung internet (warnet). Target nya tentu saja kita sebagai generasi millenials kala itu. Saat itu kita senang untuk sekadar googling mencari cheat PS 2 atau melihat video di Youtube yang lucu berdurasi beberapa detik saja. Sebetulnya kala itu sudah populer sosial media bernama Friendster. Beberapa orang yang jago coding sudah punya blog. Namun saya yang masih belia, belum terpikir untuk mencari informasi kedua sosial media itu. Ya memang, teman-teman sebaya saya pun di sekolah tak ada yang punya akun sosial media tersebut, bahkan banyak dari teman saya kala itu yang masih duduk-duduk di rental PS, belum beralih ke warnet.

Sekitar tahun 2009 saya merasa Facebook adalah tahun booming nya. Padahal sosial media ini dirilis jauh sebelum tahun itu. Tahun 2009 - 2011 adalah tahun dimana kita akan bertanya "Punya Facebook gak?". Hal ini pula yang membuat Yahoo sebagai perusahaan raksasa internet mengalahkan Google. Orang-orang kala itu dengan bangga membuat emailnya di Yahoo. Padahal banyak situs yang menyediakan untuk membuat email, bahkan Google "tak laku" kala itu dengan produk Gmail nya. Walaupun begitu saya mulai juga membuat email di Gmail. Ini saya lakukan awalnya karena sekadar untuk gaya-gayaan. Teman saya waktu itu punya email dengan domain @telkom.net sehingga terlhat beda. Kalau punya email @Yahoo dirasa pasaran kala itu.

Mulai Ngeblog

Dengan adanya akun gmail otomatis saya sudah bisa login ke layanan milik Google yaitu Blogger. Awal mula nya pun saya tertarik untuk bikin website. Saat itu saya tak bisa membedakan apa itu website apa itu blog. Hanya saja saya pernah baca, jika bikin website itu bayar, sedangkan blog tidak. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Lain waktu saya akan bahas perbedaan website dan blog. Seiring berjalannya waktu, saya lebih sering untuk mengotak-ngatik tampilan blog dibandingkan mengisi konten blog nya itu sendiri, ya memang tujuan utama saya saat itu ingin belajar coding, bukan untuk menulis seperti postingan ini.

Cukup lama saya belajar kode html dan css, Bahkan hampir bertahun-tahun. Saat teman-teman saya berpindah ke game online kala itu, saya malah semakin sering untuk otak-atik blog. Sesekali posting di blog. Postingan-postingan di blog lebih banyak saya isi dengan kegiatan-kegiatan saya bermain ketika SMP. Namun artikel-artikel itu kini telah saya arsipkan. Alasannya karena artikel itu saya rasa bukan lagi sebuah artikel, dan tak lagi menarik bagi saya pribadi. Artikel itu hanya berisi foto-foto dan sedikit tulisan. Kini hanya ada dua artikel yang tidak saya arsipkan, bisa dilihat sebelum postingan ini.

Idealisme Ngeblog

Lambat laun saya mulai banyak mencari tutorial tentang mengelola blog, hingga akhirnya saya menemukan Cara Mendapatkan Uang dari Ngeblog. Judul postingan tersebut  jelas saja membuat saya mengklik dan mempelajari lebih dalam tentang bisnis dalam dunia blogging. Semakin seringlah saya menghabiskan waktu untuk blogging, bergadang tengah malam kemudian bangun jam 5 pagi untuk belajar ngeblog lagi. Saya pun mulai meninggalkan blog ini, kemudian membuat banyak blog baru yang sesuai dengan "Permintaan Pasar". Saya mendesign blog saya sedemikian rupa, rajin meng update artikel yang diminta pasar. Saya bahkan belajar tentang SEO Black Hat dan SEO White Hat hingga akhirnya sampai pada titik dimana saya bisa menghasilkan uang dari blog.

Dengan adanya penghasilan, otomatis saya menjadi terpacu untuk terus meningkatkan penghasilan blog, tentunya dengan mendatangkan pengunjung blog sebanyak-banyaknya. Tak peduli mereka senang, terjebak, atau salah klik ketika masuk ke blog saya. Intinya bagaimana pun saya harus memenangkan kompetisi di Google sehingga bisa menarik semua pengunjung di Search Engine terbesar abad ini. Lama kelamaan saya merasa tulisan saya menjadi flat, saya harus terus mengikuti selera pasar, kepuasan menulis saya menjadi hilang. Saya harus mengikuti aturan heading 1, heading 2, keyword, dsb. Ya memang, menulis untuk sebuah Jurnal pun ada aturannya, tapi mengikuti aturan SEO kala itu sangatlah membosankan. Tulisan terasa tak lagi hidup.

Saat itu banyak juga orang yang menjalankan SEO (Search Engine Optimazion). Saya pun sering terlempar ke halaman belakang pencarian google dan tak muncul lagi di halaman depan pencarian Google. Selain itu tentunya saya sering menggunakan SEO Black Hat. Menggunakan SEO ini tak melanggar konstitusi, hanya saja banyak melanggar peraturan google kala itu, misalnya saja kita sering "menembak" kata kunci dalam satu artikel kita hingga overload dalam pandangan Google. Tapi kita sendiri tidak tahu seberapa overload kata kunci itu. Akhirnya saya pun mencoba mencari penghasilan lain tentunya tak lagi dari blog tersebut. Namun bagi saya belajar SEO dan coding html, css tentu adalah ilmu yang begitu saya syukuri. 

Perkembangan Ngeblog 

Saya berharap anda bukanlah orang yang men skip tulisan saya dari judul, kemudian langsung berlari ke paragraf ini. Saya berharap anda membaca secara utuh keseluruhan tulisan ini agar saya dapat menyampaikan maksud dari tulisan ini. Oke lanjut, tahun ini atau bahkan tahun lalu mungkin adalah tahunnya Podcaster, setelah sebelumnya adalah fenomena vlog merajai Youtube. Banyak dari para blogger yang berpindah ke Youtube dengan alasan pengunjungnya sudah bermigrasi juga. Saya sangat setuju dengan argumen tesebut. Sebut saja Raditya Dhika, seorang blogger ternama yang pindah ke Youtube (walaupun sebetulnya lebih dikenal sebagai seorang Stand Up Comedyan nya).

Saya pun ikut berpindah ke Youtube, mencoba peruntungan yang sama dengan para blogger lain yang sudah lebih dahulu pindah. Namun ada hal menarik dimana saat ini banyak artis TV yang bermigrasi juga (mereka sendiri beranggapan kalau orang-orang kini tak lagi menonton tayangan televisi dalam waktu lama). Ketika artis membuat chanel di Youtube sudah tentu Subscriber nya langsung banyak wong sudah terkenal. Jadi youtuber yang tak punya nama, mohon maaf harus berdarah-darah dulu untuk mencari nama di Youtube. Dan saya pun kembali kalah. Tapi, sebetulnya memang saya saja mungkin yang tak kreatif, banyak juga kok youtuber dari nol yang berhasil hingga sekarang.

Saat itu pula saya sadar, saya berpindah ke Youtube semata-mata melakukannya demi uang, hingga saya lupa esensi berkarya yang sesungguhnya, berkarya dengan hati. Sehingga tak ada konsistensi dalam melakukannya. Saya melakukannya karena mengejar uang dan ikut-ikutan. Satu hal yang saya pelajari dari Youtube adalah setiap konten kreator pasti memiliki pasar nya sendiri tak peduli ia terkenal atau pun tidak, bahkan ketika konten itu menabrak norma-norma kehidupan. Saya jadi teringat ketika Fiersa Besari menjual buku dan menjadi Best Seller. Padahal tahun 2019 waktu itu adalah tahun dimana orang-orang sudah bermigrasi ke digital. Ya begitu pula blog, orang-orang mulai bermigrasi juga. Sebuah buku berjudul "Millenials Kill Everything" memasukan blog kedalam 50 hal yang akan "dibunuh" oleh Millenials. Tapi tetap saja saya percaya pasar nya tak akan habis. Bahkan beberapa diskusi di Quora dan Twitter mereka menjawab kalau masih sering membaca tulisan panjang, asalkan tema nya mereka sukai dan gaya tulisan nya enak. 

Terlepas dari itu semua, saya menulis blog untuk kepuasan saya pribadi. Sebetulnya, walaupun saya senang di foto dan ngobrol, saya tak terlalu percaya diri ketika melihat wajah saya sendiri dalam sebuah kamera video. Saya lebih senang ketika menulis seperti ini, membuat diksi-diksi berbeda dari tulisan yang sudah ada kemudian membiarkan orang larut ketika membaca tulisan-tulisan saya. Saya berniat untuk membuat artikel-artikel semacam ini. Mungkin bila berjalan 10 artikel, saya akan mengganti domain saya. Semoga tulisan ini menjawab judul artikel ini. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.  

Fachrul Akbar Tirtawidjaja
Fachrul Akbar Tirtawidjaja  Seseorang yang senang berjalan jauh, memotret, dan menuangkan pikirannya kedalam bentuk tulisan tak baku tapi menyelipkan idealisme karena perutnya mulai kenyang, menyukai sepak bola tapi dari sudut pandang berbeda.

1 comment