Story di Sosial Media Tak Cukup Untuk Menyelami Cerita Seorang Sahabat Yang Begitu Dalam Tentang Keadaannya Hari Ini

Beberapa tahun terakhir saya sering kali tak punya alasan
untuk pulang ke rumah, selain untuk bertemu ibu. Seringkali saya lebih
merindukan Bandung daripada tempat kelahiran. Bandung telah memberikan cerita
cinta dan persahabatan yang luar biasa. Sejak saat itu saya selalu merasa tak
punya perasaan yang dalam dengan tempat kelahiran.
Tampaknya Allah senang menguji hambanya yang sombong. Saya
seolah ingin menjilat ludah sendiri. Dua hari lalu saya benar-benar dibawa ke
Banjar yang sedalam-dalamnya. Waktu seolah berputar kembali ke tahun 2011 –
2014. Itu adalah rentan waktu dimana saya menghabiskan waktu untuk sekolah SMK.
Ternyata 3 tahun adalah cerita yang panjang. Mempunyai sahabat yang sedikit “gila” seperti mereka membuat cerita di sekolah menjadi
“Tidak Flat”. Cerita tentang remidial
matematika 500 nomor mungkin akan selalu terkenang, atau cerita tentang seorang
teman yang tertinggal Bus saat karyawisata karena tidak bangun pagi akan selalu
di ulang.
Lebih dari itu, perasaan saya benar-benar dibuat seperti
kembali ke “waktu itu”. Saya masih
ingat ketika pulang sekolah, lalu motoran keliling kota entah kemana, atau
nongkrong di rumah saya sendiri yang sudah seperti basecamp. Ibu saya termasuk orang yang senang ketika rumahnya ramai
oleh teman anak-anaknya. Seringkali ibu khatam cerita cinta teman-teman saya
karena seringnya kami berkumpul. Rumah saya
seperti terminal yang ketika seorang
teman akan apel dia akan mampir dulu ke rumah saya lalu dia pergi berdua,
kemudian setelah mengantar pacarnya pulang, ia kembali nongkrong di rumah saya.
Saya jadi teringat kalau kelas kami seperti sudah punya
jadwal “ngaliwet”. Kami selalu saja punya
agenda untuk mengunjungi rumah seorang teman. Bahkan kami pernah membuat acara ngaliwet di rumah seorang guru saking
akrab nya. Saya pun menyadari kalau cerita cinta bersama mereka tidak kalah
hebatnya dengan ketika saya di Bandung. Tak bisa dipungkiri kalau cerita cinta
lokasi memang benar adanya, tapi life
must go on. Kami tak pernah mengusik satu sama lain atas cerita itu. Kini
sudah berjalan dengan pasangan dan cerita nya masing-masing. Beberapa bahkan
sudah punya anak. Saya termasuk yang belum menikah ketika cerita ini saya tulis.
Mungkin cerita saya belum berakhir, semua masih menjadi misteri, berlabuh
dimanapun saya hanya berharap semua akan baik-baik saja. Di kota manapun,
dengan siapapun!
Akhir tulisan ini saya hanya menyadari satu hal. Jarang
bertemu memang membuat lupa kalau kita punya perasaan yang dalam tentang
persahabatan. "Story di sosial media tak cukup untuk menyelami cerita seorang
sahabat yang begitu dalam tentang keadaannya hari ini". Kita harus bertemu lagi!
Sebagai penutup saya ingin mengutip kalimat dari pidi baiq :
“Tenang saja, perpisahan tak menyedihkan, yang menyedihkan adalah bila habis ini saling lupa. Tenang saja, perpisahan tak menyakitkan, yang menyakitkan adalah bila habis ini saling benci. Bahwa kita pernah selalu bersam-sama”
« Newest
Newer Posts
Oldest »
Older Posts